Tanggal 20 Mei bukan sekadar angka di lembar kalender. Ia adalah penanda sejarah,sebuah tonggak awal kebangkitan kesadaran kebangsaan yang kelak menyala menjadi api perjuangan menuju kemerdekaan. Pada hari itu, tahun 1908, lahirlah Budi Utomo, organisasi modern pertama yang digagas oleh Dr. Soetomo bersama para mahasiswa STOVIA. Organisasi ini menjadi simbol perubahan arah perlawanan, dari gerakan sporadis yang tersebar di berbagai daerah, menuju perjuangan yang lebih terorganisir, berlandaskan kesadaran kolektif sebagai satu bangsa.
Karena peran pentingnya dalam membangkitkan semangat nasionalisme dan persatuan, 20 Mei kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah momentum yang mengingatkan kita bahwa bangsa ini pernah bersatu karena kekuatan gagasan dan cita-cita bersama.
Presiden Soekarno pernah mengingatkan kita melalui semboyan legendarisnya: “JAS MERAH – Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Kita diajak menoleh ke masa lalu, ke titik ketika para pendiri bangsa memilih jalan baru dalam melawan penjajahan. Bukan lagi dengan senjata, melainkan melalui pendidikan, organisasi, dan kesadaran. Mereka menyadari bahwa untuk meruntuhkan dominasi kolonial yang kala itu hadir dalam bentuk praktik dagang VOC dibutuhkan perubahan cara berpikir dan strategi perjuangan.
Lalu, bagaimana dengan gerakan literasi hari ini?

Jika kita menarik benang merah dari semangat kebangkitan nasional ke konteks masa kini, maka gerakan literasi khususnya yang diusung oleh Forum TBM memiliki relevansi yang sangat kuat. Forum TBM, yang telah hampir dua dekade hadir, merupakan perwujudan nyata dari ikhtiar membangun kesadaran kolektif melalui literasi. Dengan menghimpun ribuan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tersebar di seluruh penjuru negeri, Forum TBM menjadi ruang bersama untuk menyemai gagasan, memperkuat partisipasi masyarakat, serta meneguhkan identitas dan nilai-nilai kebangsaan.
Selama hampir 20 tahun, Forum TBM berupaya menyatukan visi dan mengawal arah gerakan literasi nasional. Namun, di balik semangat besar itu, kita juga perlu jujur melihat ke dalam, organisasi ini belum sepenuhnya berjalan secara optimal. Masih banyak tantangan dan kekurangan yang perlu diatasi, baik dalam tata kelola, komunikasi internal, hingga penguatan kapasitas jejaring yang kini mencapai 3538 TBM di seluruh Indonesia.
Namun sayangnya, dalam perjalanannya, sebagian gerakan literasi hari ini masih terjebak dalam pola lama seperti ego sektoral, semangat personal, dan slogan-slogan “Aku dan TBM-ku.” Padahal, sejarah telah mengajarkan bahwa perubahan besar hanya bisa terjadi ketika kita meletakkan kepentingan pribadi di belakang, dan menyatukan langkah untuk sebuah cita-cita bersama.
Sudah saatnya kita menata ulang arah gerakan ini. Literasi bukan milik satu orang atau satu komunitas. Ia adalah perjuangan kolektif untuk mencerdaskan bangsa, untuk menyalakan obor kesadaran di tengah gelapnya ketimpangan dan keterbatasan.
Di sinilah pentingnya menguatkan “Kesadaran Berforum TBM” sebagai diksi kunci yang patut kita soroti bersama. Kesadaran ini bukan sekadar kesadaran administratif saja, karena telah menjadi anggota Forum TBM melainkan kesadaran ideologis dan praksis bahwa Forum TBM adalah rumah besar bagi semua pegiat TBM, tempat bernaung dan bertumbuh bersama.

Pengurus dan anggota Forum TBM di setiap jenjang, baik pusat, wilayah, daerah, hingga Forum TBM khusus Luar Negeri perlu terus menegaskan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap organisasi ini. Kebanggaan itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sebatas retorika. Misalnya, dengan secara konsisten mengkampanyekan peran dan eksistensi Forum TBM dalam setiap ruang dan kesempatan, saat berkegiatan, berbicara di forum publik, menulis, maupun dalam interaksi sehari-hari.
Menjadi bagian dari Forum TBM bukan hanya status keanggotaan, tetapi identitas perjuangan. Semangat kebersamaan ini yang akan memberi marwah pada organisasi. Harga diri kolektif yang memperkuat posisi Forum TBM dalam advokasi kebijakan literasi nasional. Ketika marwah ini terjaga, Forum TBM tidak hanya dilihat sebagai komunitas kerelawanan, tetapi sebagai aktor strategis dalam mewujudkan masyarakat literat menuju Indonesia Emas 2045.
Tepat pada 11 Juli 2025 nanti, Forum TBM akan genap berusia 20 tahun. Harapannya, Forum TBM terus tumbuh menjadi organisasi yang solid, eksklusif dalam pengelolaan internal, namun tetap inklusif dalam setiap gerak dan langkahnya, merangkul siapa pun yang memiliki semangat yang sama.
Forum TBM: Membaca Bersama, Bergerak Untuk Semua!
Majulah, Majulah Forum TBM.